Jumat, 20 Februari 2009

Malaikat untuk ZHE

Tak sekedar kata aku berbicara, mencari kiasan indah ditiap hariku, selayaknya jiwa-jiwa ku bernyanyi melantunkan lagu damai, sampai tiba waktu ku ini aku hampa

Pujian yang terlontar dari para pencinta menjadikan ku tenang, tak ku pikirkan semuanya kegalauan ku, sekedarnya aku hanya ingin berbaring sejenak menyegarkan desiran-desiran kepenatan hati yang pekat.

Ya! menghilang sejenak menelusuri mimpi-mimpi sesejukan alam, hingga tak ku ingat lagi semua itu, sejak aku berjalan dengan separuh napas kehidupan

Sementara ruh-ruh ku terbang bebas mencari sang pelangi yang hilang, aku ingin tetap mendengar; nyanyain gembala dengan sulingnya, sang pujangga dengan syairnya, sang filsofi dengan balutan kekuatan jiwa miliknya.

Aku akan terus berlaju mengepakan sisa-sisa nafas yang berserakkan. Membawanya kembali kerumah Tuan ku. Disana mungkin ada banyak pilar-pilar kehormatan yang jauh lebih bijak.

Sesak ku terjaga setiap kali aku bangun dari tidur, semua membuat ku terus berlari tanpa henti
tidak ada rauh-raut wajah cemas melihat ku penuh luka. Sedangkan aku menagis tersedu-sedu
berharap masih ada yang membelai hari ku, membujuk tawa ku dan menyeka air mata ku.

Selalu saja ingin mendiamkan diriku, tanpa perlu bertanya atau ditanya siapapun. sebab aku tak mau pedulikan yang menganggu ringkih ku.
aku ini seperti bunga yang layu dan mudah tergores angin
aku bagaikan binatang yang mengunyah waktu ketidakpastian
aku selalu mengangkat wajah, mengatakan aku baik
padahal aku hanya ingin sayap-sayap itu mengalungi langkahku
padahal aku hanya ingin mati di pelupuk matanya
padahal aku hanya ingin menawarkan isi untuk perut yang lapar dan haus

apa kau tahu?
bahwa aku lebih berharap malaikat datang, kemudian bernyanyi untuk ku





1 komentar: