Tak sekedar kata aku berbicara, mencari kiasan indah ditiap hariku, selayaknya jiwa-jiwa ku bernyanyi melantunkan lagu damai, sampai tiba waktu ku ini aku hampa
Pujian yang terlontar dari para pencinta menjadikan ku tenang, tak ku pikirkan semuanya kegalauan ku, sekedarnya aku hanya ingin berbaring sejenak menyegarkan desiran-desiran kepenatan hati yang pekat.
Ya! menghilang sejenak menelusuri mimpi-mimpi sesejukan alam, hingga tak ku ingat lagi semua itu, sejak aku berjalan dengan separuh napas kehidupan
Sementara ruh-ruh ku terbang bebas mencari sang pelangi yang hilang, aku ingin tetap mendengar; nyanyain gembala dengan sulingnya, sang pujangga dengan syairnya, sang filsofi dengan balutan kekuatan jiwa miliknya.
Aku akan terus berlaju mengepakan sisa-sisa nafas yang berserakkan. Membawanya kembali kerumah Tuan ku. Disana mungkin ada banyak pilar-pilar kehormatan yang jauh lebih bijak.
Sesak ku terjaga setiap kali aku bangun dari tidur, semua membuat ku terus berlari tanpa henti tidak ada rauh-raut wajah cemas melihat ku penuh luka. Sedangkan aku menagis tersedu-sedu berharap masih ada yang membelai hari ku, membujuk tawa ku dan menyeka air mata ku.
Selalu saja ingin mendiamkan diriku, tanpa perlu bertanya atau ditanya siapapun. sebab aku tak mau pedulikan yang menganggu ringkih ku. aku ini seperti bunga yang layu dan mudah tergores angin aku bagaikan binatang yang mengunyah waktu ketidakpastian aku selalu mengangkat wajah, mengatakan aku baik padahal aku hanya ingin sayap-sayap itu mengalungi langkahku padahal aku hanya ingin mati di pelupuk matanya padahal aku hanya ingin menawarkan isi untuk perut yang lapar dan haus
apa kau tahu? bahwa aku lebih berharap malaikat datang, kemudian bernyanyi untuk ku
Jika kau bersigap untuk memerangi hatiku, maka bersiaplah kau dengan ahli mu! karena asah mata pisau milik perisaiku siap aku acungkan tepat dijantungmu, supaya lekas kau mati, dan aku tak akan mempedulikannya bagaimana kau menelingkup membebani badanmu, atau seberapa besar lubang kubur yang harus kugali untuk seorang ternajis macam pecundang seperti kau!!!
Dan sebelum semuanya terjadi maka datang dan berlututlah dihadapan tetuahku sembari berjalan dengan perut yang kau punyai, bagai seekor ular yang hidupnya jalang, kemudian berkelilinglah engkau menyusuri aliran air sungai yang menuju ke gunung Sinai, maka dari atas puncak sana kau akan melihat aku sembari tertawa Puas!!
Aku akan terus terjun untuk melihat kau mati perlahan-lahan, mengiba-iba pada semua orang yang sempat kau lucuti hatinya dengan darah segar kesetiaan mereka. Sungguh benar perkataanku ini bahwa AKU SIAP MEMBUNUHMU.